Kata "Gare" Dalam Bahasa Bugis Merujuk Pada Informasi Yang Tidak Terverifikasi

0
ᨁᨑᨙ᨞
Oleh : Ahmad Saransi 

Kata "#garè" dalam bahasa Bugis merujuk pada informasi yang tidak terverifikasi atau sekadar kabar angin, yang berarti informasi tersebut disebarkan tanpa ada kepastian kebenaran atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai contoh : ᨆᨀᨛᨉᨕᨗ  ᨁᨑᨙ  ᨄᨘᨕᨈ  ᨒ ᨄᨈᨕᨘ᨞ (Konon kabarnya berkatalah Puatta La Patau).  Dalam konteks ini, "#garè" sering kali diartikan sebagai "#konon" atau "#kabar #angin," yang menunjukkan bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak jelas atau tidak bisa dipastikan asal-usulnya. Hal ini menjadikan kata tersebut sering digunakan untuk menyebutkan rumor atau desas-desus yang beredar di masyarakat.

Jika kata "#garè" ditemukan dalam sebuah naskah lontara sebagai informasi, maka para sejarawan atau peneliti (pwngguna naskah lontara) harus berhati-hati dalam menilai nilai historis dan kredibilitas dari sumber tersebut. Lontara yang mengandalkan informasi yang bersifat "#garè" cenderung tidak bisa dikategorikan sebagai sumber primer yang sah, karena informasi yang disajikan bersifat tidak terverifikasi dan lebih banyak berasal dari rumor atau cerita yang berkembang di masyarakat.

Sumber primer adalah dokumen atau bukti yang langsung berasal dari peristiwa atau kejadian yang sedang diteliti, seperti surat, arsip, atau wawancara langsung dari saksi mata. Sebaliknya, informasi yang menggunakan kata "#garè" lebih cenderung merupakan sumber sekunder, karena ia tidak memberikan informasi langsung dari peristiwa yang terjadi, melainkan hanya menyampaikan apa yang beredar di masyarakat atau apa yang dikatakan oleh orang lain. Dengan kata lain, sumber semacam ini lebih sering digunakan untuk mendokumentasikan persepsi, opini, atau rumor daripada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Bagi para sejarawan, penggunaan sumber yang mengandalkan kata "#garè" memerlukan pendekatan yang sangat kritis dan hati-hati. Informasi semacam ini harus selalu diperlakukan dengan skeptisisme, karena meskipun dapat memberikan gambaran tentang cara pandang atau kepercayaan masyarakat pada suatu periode waktu, ia belum tentu menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Para sejarawan perlu mempertimbangkan konteks, sumber lain yang lebih terpercaya, serta menguji apakah informasi yang disampaikan dalam dokumen itu dapat diverifikasi atau tidak. Verifikasi silang dengan sumber lain yang lebih dapat dipercaya sangat penting dilakukan untuk menghindari kesalahan interpretasi atau kesimpulan yang tidak akurat.

Dengan demikian, meskipun dokumen yang menggunakan kata "garè" bisa memiliki nilai penting dalam memahami budaya, persepsi, atau kepercayaan masyarakat pada waktu tertentu, informasi tersebut harus diperlakukan sebagai sumber sekunder. Para sejarawan dan #penikmat #sejarah harus menggunakannya dengan kehati-hatian yang ekstra, serta tidak membiarkannya menjadi dasar utama dalam penarikan kesimpulan sejarah tanpa dukungan bukti yang lebih kuat dan dapat dipercaya.

Olehnya itu, tidak semua naskah lontara dapat dikategorikan sebagai sumber sejarah, maka, hati-hatilah...! (**)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)